Senin, 12 Maret 2012

MASALAH CABANG FILSAFAT



A.  Cabang-cabang Filsafat
a.      Logika
Dilihat dari segi etimologi, perkataan logika berasal dari bahasa yunani Logike (kata sifat), yang berhubungan dengan kata benda Logo yang artinya pikiran atau kata sebagai pernyataan dari pikiran itu. Hal ini menunjukkan kepada kita adanya hubungan erat antaa pikiran dengan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Kata berfikir adalah suatu kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan.
Logika secara terminologi mempunyai arti ilmu yang memberikan aturan-aturan berfikar valid (shahih), artinya ilmu yang memberikan prinsip-prisip yang harus diikuti supaya dapat berfikir valid (menurut aturan atau shahih).
Pokok-pokok persoalan logika adalah pemikiran dan beberapa proses pembantunya.Ilmu dengan cara yang sistematis mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk berfikir valid,dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi.Ilmu juga memberikan norma-norma atau gagasan-gagasan,yaitu gagasan-gagasan kebenaran dan mencoba untuk mengetahui syarat-syarat untuk mencapai gagasan kebenaran itu.Kebenaran dalam logika dapat dibagi dalam dua bagian,yaitu kebenaran bentuk dan kebenaran materi.Dari sini logika dapat dibagi menjadi dua kategori,pertama logika formal(formal logic),(silogisme) dan kedua logika material(material logic).Kebenaran bentuk dibicarakan dalam logika formal,sedangkan logika materi dibicarakan dalam logika material.
Kebenaran bentuk artinya self consistency,maksudnya bahwa didalam pikiran itu sendiri tidak dapat pertentangan.Misalnya segitiga yang bulat.Benda itu tidak ada di dunia.Kebenaran bentuk dan materi tidak harus selalu bersamaan.sebuah argumen mungkin mempunyai kebenaran bentuk, akan tetapi materinya tidak benar, misalnya;
1.      Semua manusia adalah immortal
Semua siswa adalah manusia
Karena itu semua manusia adalah immortal
2.      Semua manusia adalah mortal
Semua siswa adalah manusia
Karena itu semua siswa adalah mortal
contoh pertama, menurut argument diatas benar, tetapi isinya tidak benar. Contoh kedua, mempunyai kebenaran bentuk dan kebenaran materi karena memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam sebuah argument, dalam hal ini sillogisme dan semua proposisi yang membentuknya sesuai pula dengan kenyataan.
Logika adalah cabang filsafat yang telah dikembangkan sejak Aristoteles. Logika digolongkan kebenaran dalam teori pengetahuan. Logika menampilkan norma-norma berfikir benar untuk membentuk pengetahuan yang benar. Oleh sebab itu, faedah logika tidak untuk berfilsafat saja, tetapi dalam bidang-bidang lainnya, diantaranya;
a.       Logika mengatakan, menjelaskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam lapangan semua ilmu pengetahuan.
b.      Logika menambah daya berfikir abstrak dan melatih serta mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
c.       Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan teoriti.[1]

b.      Metafisika
Sejak lama, istilah “metafisika” dipergunakan di yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Istilah ini berasal dari bahasa yunani metaphysika yang berarti “hal-hal yang terdapat sesudah fisika”. Aristoteles mendefinisikan menjadi ilmu pengetahuan mengenal yang ada, sebagai yang ada, yang dilawankan, misalnya dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau yang ada sebagai yang dijumlahka. “dewasa ini metafisika dipergunakan baik untuk menunjukkan filsafat pada umumnya maupun acap kali untuk menunjukkan cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan-partanyaan yang terdalam. Metafisika seriangkali juga dijumbuhkan, khususnya bagi mereka yang ingin menolaknya, dengan salah satu bagiannya, yaitu ontologi (yang akan didefinisikan secara singkat).
Sesuai dengan maksud kita, metafisika dapat didefinisikan sebagai bagian pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan pertanyaan mengenai hakekat yang ada yang terdalam. Dalam arti ini metafisika terlihat sangat erat hubungannya dengan ilmu-ilmu alam dan saling mempengaruhi terhadap ilmu-ilmu tersebut. Sebuah contoh yang baik mengenai caranya ilmu akhir-akhir ini dipengaruhi oleh spikulasi yang bersifat metafisik. Karya-karya Aristoteles sendiri merupakan contohnya yang klasik, sedangkan Galileo dan Newton menekankan hubungan ini dari sudut pandang fisika.
Ontologi dan kosmologi
Pada umumnya orang-orang mengajukan dua pertanyaan yang bercorak metfisika:  (1) “Apakah saya ini tidak berbeda dengan batu karang?  Apakah roh saya merupakan gejala materi?”  (2) “Apakah yang merupakan asal mula jagad raya dan bukan suatu keadaan yang bercampur aduk?  Apakah hakekat ruang dan waktu itu?
Pertanyaan pertama adalah jenis ontologi, pertanyaan yang kedua termasuk kosmologi.
Perkataan “kosmologi” berasal dari perkataan yunani, cosmos dan logos, yang masing-masing berarti “alam semesta yang teratur” dan “penyelidikan tentang” atau lebih tepatnya “azas-azas rasional dari”.perkataan “ontologi” berasal dari perkataan yunani yang beraati “yang ada” dan sekali lagi. Logos. Ontologi membicarakan azas-azas rasional dari yang ada.sedangkan kosmologi berusaha untuk mengetahui esenssi terdalam ketertibannya serta susunannya. Matrealisme adalah ajaran ontologi yang mengatakan bahwa yang ada bersifat material. Evolusi sebagai teori kefilsafatan merupakan teori kosmologi, karena teori ini memberitahukan kepada kiti bagaimana timbulnya ketertiban yang ada sekarang ini. Apakah kenyataan ini mengandung tujuan atau bersifat mekanisme artinya bersifat teleologis atau tidak merupakan suatu pertanyaan di bidang ontologi.[2]

c.       Etika
Tugas etika, etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tingkah laku tersebut. Etika bertugas memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Sifat dasar etika mempunyai sifat yang mendasar, yaitu sifat kritis. Etika mempersoalkan norma-norma yang dianggap berlaku, menyelidiki norma-norma itu, mempersoalkan hak dan setiap lembaga, seperti orang tua, sekolah, negara dan agama, untuk memberi perintah atau larangan yang harus ditaati. Hak dan wewenang untuk menuntut ketaatan dan lembaga terssebut harus dan prlu dibuktikan. Dengan demikian, etika menuntut orang agar bersikap rasional terhadap semua norma. Sehingga etika akhirnya membantu manusia menjadi lebih otonom. Etika dibutuhkan sebagai pengantar pemikiran kritis yang dapat membedakan antara apa yang sah dan apa yang tidak sah, apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan demikian etika memberi kemungkinan kepada kita untuk mengambil sikap sendiri serta ikut menentukan arah perkembangan masyarakat.
Objek etika,objek penyelidikan etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang merupakan perwujudan dan pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan dalam bidang moral.Pertama pernyataan tentang tindakan manusia,kedua tentang unsur kepribadian manusia,motif-motif maksud dan watak.
Metode etika ada empat macam pendekatan dalam menilai sesuatu pendapat,yaitu:
1.      Pendapat empiris deskriptif,dapat menyelidiki seperti apa pendapat umum yang berlaku di Indonesia,sejak kapan pendapat itu berlaku apakah di Indonesia ada yang menentang pendapat itu,bagaimana pendapat masyarakat lain tentang pendapat itu.Faktor moral dipastikan adanya,digambarkan bagaimana pentuknya,dibandingkan waktunya dalam masyarakat yang diselidiki sejarahnya,jangkauannya dan lain-lain.Penyelidikan itu diandaikan dalam etika khusus.
2.      Pendekatan fenomologis,memperlihatkan bagaimana kiranya kesadaran seseorang yang sependapat dengan suatu perkara.Mengandung kesadaran moral,diperlihatkan dengan seksama.Fenomologis kesadaran moral ini adalah dasar dari salah satu isi pokok etika.
3.      Pendekatan normatif,melalui pendekatan ini persoalan apakah suatu norma-norma moral dapat diterima umum atau ditolak.
4.      Pendekatan metafisika,berusaha untuk mencegah kekeliruan dan kekaburan dalam penyelidikan fenomologis dan normatif dengan cara mempersoalkan arti tepat demi istilah-istilah moral dari mengatur pernyataan-pernyataan  moral menurut macamnya serta mempersoalkan bagaimana suatu pernyataan moral dapat di benarkan.[3]

d.      estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan soal nilai indah dan buruk dalam bidang seni.Bagi Pontinus,keindahan itu merupakan pancaran akal Illahi.Bila yang hakeket(Illahi) ia menyatakan dirinya atau memancarkan sinar dalam realitas penuh,maka itulah keindahan.Menurutnya,akal itu memiliki indera ketiga atas pikir dan kemauan,yaitu indera rasa.Indera rasa memiliki satu kekhususan,yaitu kesenangan estetika dengan tidak mengandung kepentingan,tidak seperti menilai manisnya rasa gula,dimana kita mempunyai hubungan kepentingan dengan rasa manis itu.
Timbulnya pertanyaan,apakah nilai keindahan itu merupakan sifat yang dimiliki obyek atau terletak pada orang yang menila(subyek)??Kalau nilai indahnya melekat pada obyek,mestinya semua orang akan berpendapat sama dalam menilai suatu obyek asalkan mereka memandangnya dengan cara yang sama.Kalau nilai melekat pada subyek,maka berarti sifat obyek itu tidak menentu,sebab bagaimana juga nilai merupakan sifat yang melekatpada obyek.Dalam hal ini menurut Kant,keindahan itu merupakan sifat bukan melekat pada subyek.[4]

e.       Epistimologi
Epistimologi berasal dari bahasa yunani,Episteme yang berarti Konowledge atau pengetahuan dan logi yang berarti teori.Oleh sebab itu Epistimologi diartikan sebagai teori pengetahuan atau filsafat ilmu.Terdapat empat persoalan pokok dalam bidang ini:apa pengetahuan itu?,apa sumber pengetahuan itu?,darimanakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya?,apakah pengertian kita itu benar(valid)?.
Sebelum dapat menjawab pertanyaan itu,perlu diperhatikan bagaimana dan dengan sarana apa kita dapat memperoleh pengetahuan.Pertama,pengetahuan itu adalah cara berfikir dan hukum berfikir mana yang harus dipergunakan agar kita mendapatkan hasil pemikiran yang kemungkinan benarnya paling benar.Kedua,tentang sumber pengetahuan.Louis O Kattsof mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia itu ada 5 macam,yaitu:(1) empiris yang melahirkan aliran empirisme;(2) rasio yang melahirkan aliran rasionalisme;(3) fenomena yang melahirkan aliran fenomenologi;(4) instuisi yang melahirkan aliran instusionisme, dan (5) metode ilmiah yang menggabungkan antara lain rasionalisme dan empirisme.Metode ilmiah itu yang kemudian mewarnai ilmu oengetahuan dan teknologi diseluruh universitas di dunia ini.Masalah ketiga,yaitu dengan ramalan(prediction).Kajian dengan hipotesis dimulai dengan ramalan yang dilakukan dengan berhati-hati,sistematis,kesimpulan dan hipotesis tertentu.Dengan pengamatan-pengamatan dan dibantu alat-alat mengendalikan apa yang terjadi dinamakan experimentasi.Pertanyaan terakhir itu berhubungan dengan logika yang telah dijelaskan pada bab awal.[5]

f.       Filsafat-filsafat khusus lainnya
Pada bab ini hanya membahas tentang filsafat agama.Filsafat agama pada pokoknya adalah pemikiran filsafat tentang agama.Mempelajari filsafat agama tidak perlu dan tidak selalu dilakukan dari sikap pandangan keagamaan.Orang atheis begitu juga orang yang memiliki kenyakinan agama dapat bersifat tentang agama.
Filsafat agama membicarakan soal-soal yang secara umum berlaku atau dipakai oleh semua agama.Apa itu tuhan? Apa itu iman? Dan Apa itu ibadah?.
Agama tidak mudah didefinisikan karena agama menyangkut bentuk yang bermacam-macam diantara suku-suku dan bangsa-bangsa didunia.Sepanjang sejarah manusia menunjukkan rasa suci ada agama adalah termasuk dalam kategori hal yang suci  tersebut.Setiap agama memiliki kesamaan tertentu tentang arti agama.Misalnya,agama alasan tuhan untuk manusia,agama adalah ajaran tuhan yang pasti benarnya,agama adalah jalan hidup bahagia dan sebagainya.
Tuhan,tiap-tiap agama berdasarkan atas kepercayaan pada sesuatu kekuatan ghoib.sesuatu yang memiliki kekuatan ghoib itu disebut tuhan.Konsep tentang tuhan banyak sekali macamnya,kita kenal seperti monotheisme,dinamisme,triniteisme,polotheisme dan pantheisme yang semuanya itu membicarakan tentang tuhan.
Iman berarti percaya,dalam filsafat agama harus dapat memberikan jawaban apa sebenarnya hakekat iman.Dalam islam,iman termasuk unsur pokok dan juga agama lain.Wujud iman tampak dalam peribadatan yang cara dan bentuknya diatur oleh agama masing-masing.
Ibadat,setiap agama mengenal apa yang disebut ibadat.Ibadat merupakan perwujudan dari iman.Setiap agama mengajarkan dan mengerjakan tata cara untuk beribadat pada tuhannya.Pada hakeketnya ibadat yang dilakukan pada setiap pemeluk agama mempunyai tujuan sama,yaitu sebagai realisasi keimanan dan pengabdian tehadap tuhannya.[6]

B.  Pembagian filsafat
Menurut ahli filsafat mempunyai pembagian yang berbeda-beda tentang filsafat,sebagaimana pendapat mereka di bawah ini:
1)   Prof.Alburey Castell,membagi masalah filsafat manjadi 5 bagian:
1.   Theological Problem (masalah teologis)
2.   Metaphisical Problem (masalah metafisika)
3.   Epistecal Problem (masalah etika)
4.   Political Problem (masalah politik)
5.   Historical Problem (masalah sejarah)
2)   DR.M.J.Langeveld menyatakan bahwa filsafat dapat diberikan sebagai satu kesatuan yang terdiri dari 3 lingkungan masalah:
1.   Lingkungan masalah-masalah keadaan(seperti metafisika manusia,alam dan seterusnya)
2.   Lingkungan masalah-masalah pengetahuan(seperti kebenaran,teori pengetahuan,logika)
3.   Lingkungan masalah-masalah nilai(teori nilai,estetika,nilai yang berdasarkan agama)
3)   H.De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut:
1.   Metafisika
2.   Logika
3.   Ajaran tentang ilmu pengetahuan
4.   Filsafat alam
5.   Filsafat kebudayaan
6.   Filsafat sejarah
7.   Filsafat etika
8.   Estetika
9.   Antropologi
4)   Dr.Richard H.Dophin dan Dr.Avrum Astroll membahas filsafat dengan membagi menjadi 7 bagian(section)yaitu:
1.   Section I Ethies (etika)
2.   Section II Political philosophy(filsafat politik)
3.   Section III Methaphisies(metafisika)
4.   Section IV Philosophy of religion(filsafat agama)
5.   Section V Theory of Knowledge(teori pengetahuan)
6.   Section VI Logies (logika)
7.   Section VII Contemporary philosophy(filsafat kontemporer)
Dengan pembagian filsafat yang dilakukan para ahli pada dewasa ini.Kemudian sebagai bahan perbandingan kami petikkan beberapa ahli filsafat,bahkan sebagian tokohnya dalam membagi filsafat sebagai cakupan pembahasannya,yaitu:
1)   Al-kindi,ahli fikir pertama dalam filsafat islam,membagi filsafat dalam 3 lapangan:  
1.   Ilmu fisika,merupakan tingkatan terendah
2.   Ilmu matematika,tingkatan tengah
3.   Ilmu ketuhanan,tingkatan tertinggi
2)   Al-Farabi,Filosof Scholastic.Ia membagi filsafat kedalam 2 lapangan:
1.   Filsafat teori(Al-Falsafah An-Nadzariyah),mengetahui sesuatu tanpa tuntutan pengalaman.Lapangan ini meliputi:ilmu matematika,fisika dan metafisika.
2.   Filsafat praktek(Al-falsafah Al-amaliyah),mengetahui sesuatu dengan keharusan melakukan dengan amal dan melahirkan tenaga untuk melakukan bagian-bagiannya yang baik,seperti ilmu akhlaq,politik dan logika.
3)   Ibnu sina,seorang dokter,ahli kimia dan filosof besar islam membagi filsafat kedalam 2 bagian:
1.   Filsafat teori
2.   Filsafat praktek
4)   Aristoteles mengadakan pembagian secara kongkret dan sistematis,membagi menjadi 4 cabang,yaitu:
1.   Logika,ilmu ini dianggap sebagai pengetahuan bagi filsafat .
2.   Filsafat teoritis.Cabang ini mencangkup:
a.    Ilmu fisika
b.    Ilmu matematika
c.    Ilmu metafisika
3.   Filsafat praktis.Cabang ini mencangkup:
a.    Ilmu etika
b.    Ilmu ekonomi
c.    Ilmu politik
4.   Filsafat poetika(Kesenian)
Pembagian Aristoteles ini merupakan pembagian yang baik sekali bagi perkembangan pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari secara teratur.Aristoteles sendiri,terutama logika hingga sekarang  masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang di kagumi dan digunakan.[7]


PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    Cabang-cabang atau bagian filsafat dalam eksistensi dan coraknya yang baru  terdiri dari tiga permasalahan:
a.    Permasalahan keberadaan(Metafisika)
b.    Permasalahan pengatahuan(Epistimologi)
c.    Permasalahan nilai-nilai(Aksiologi)
2.    Pendapat para ahli mengenai pembagian cabang filsafat banyak persamaannya.









DAFTAR PUSTAKA

Kattsoff,Louis o.Pengantar Filsafat.Yogyakarta:Tiara Wacana.1996.
Praja,Juhana.Aliran-aliran Filsafat dan etika.Bandunbg:Kencana.2007.
Salam,burhanudin,Pengantar filsafat.Jakarta:Bumi Aksara.2003.
Syaddli,H.Ahmad,filsafat umum.Bandung:CV Pustaka Setia.2004.


[1] Juhana S.Praja,Aliran-aliran Filsafat dan Etika,(Bandung:Kencana,2003),hal 36-39
[2] Louis D.Kattsoff,Pengantar Filsafat,Terjemahan Soejono Soemargono.Yogyakarta,Tiara Wacana,1996,hal 74-76
[3] Juhana,Aliran-aliran Filsafat dan Etika,hal 59-61
[4] Ibid,hal 68-69
[5] Ibid,hal 24-25
[6] Ibid,hal 53-55
[7] Drs. H.Ahmad Syadali,Filsafat Umum.Bandung:CV  Pustaka Setia,2004.hal 18-21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar