a. Peradilan Islam di masa Abu Bakar Ash Shidiqi r.a.
Abu Bakar meneruskan sistem yang telah ditempuh oleh
Rasulullah tanpa mengadakan perubahan apapun. Karena Abu Bakar , disibukkan
oleh peperanga-peperangan untuk membasmi kaum murtad, untuk menundukkan
orang-orang islam yang tidak mau membayar zakat dan berbagai rupa urusan
politik dan pemerintahan.
Cara Abu Bakar
menghadapi penyelesaian perkara :
Para ahli sejarah tasyri’ menerangkan, bahwa Abu Bakar
apabila menghadapi sesuatu perkara yang harus diputuskan, beliau memperlihatkan
isi Al-Qur’an. Jika beliau menemukan hukum allah di dalam Al-Qur’an , beliaupun
memutuskan perkara dengan hukum Allah itu, jika tidak ada hukum Allah terhadap
masalah yang dihadapi, maka beliau memperhatikan sunah Rasul, atau
keputusan-keputusan yang telah pernah diambil oleh Rasul. Jika beliau tidak
menemukan sunnah Rasul maka beliau bertanya kepada ahli hukum.
Jika tak ada yang mengetahui hukum nabi saw. maka beliau
mengumpulkan para pemimpin untuk berembuk putusan apa yang akan diberikan. Jika
mereka semua sependapat untuk menetapkan sesuatu hukum, maka beliaupun berpegang
pada putusan itu. Inilah dasar dari ijma’.
b. Peradilan Islam di zaman Umar Ibn Al-Khattab r.a.
Di masa pemerintahan Umar Ibn Al-Khattab , daerah Islam
telah luas, tugas-tugas yang dihadapi oleh pemerintahan dalam bidang politik,
sosial, dan ekonomi, telah berbagai corak ragamnya dan pergaulan orang Arab
dengan orang-orang non Arab pun sudah sangat erat. Karena tiu Khalifah Umar
tidak dapat menyelesaikan sendiri perkara-perkara yang diajukan kepadanya. Maka
Umar mengangkat beberapa orang hakim untuk menyelesaikan perkara, dan mereka
pun digelari hakim (qadli).
Khalifah Umar mengangkat Abu Darda’ untuk menjadi hakim
di Madinah, Syuraih di Bashrah, Abu Musa Al-Asy’ari di Kufah, Ustman Ibnu Qais
Ibn Abil ‘Ash di Mesir, sedang untuk daerah Syam diberi pula hakim sendiri.
Lembaga
–lembaga yang berhak mengangkat hakim ;
Oleh karena tugas peradilan sebagian dari kewenangan umum
itu, maka kepala negaralah memegang wewenang ini dan dialah yang mengangkat
para hakim untuk perkara-perkara khusus.
Karena itulah di waktu Umar Ibn Khaththab mengangkat
beberapa orang menjadi hakim, beliau membatasi mereka dalam perkara perdata
saja. Perkara-perkara pidana dipegang sendiri oleh Khalifah , atau oleh
penguasa daerah. Para khalifah senantiasa mengawasi perbuatan para penguasa
daerah dan hakimnya, serta terus menerus memberikan petunjuk-petunjuk dan
bimbingan-bimbingan.
c. Peradilan Islam di masa Ustman Ibn Affan r.a. dan Ali Ibn Thalib r.a.
Ustman adalah Khalifah pertama yang membangun gedung
pengadilan. Di masa Abu bakar dan Umar masjidlah yang menjadi tempat
pengadilan.
Para Khalifah, baik Abu bakar, Umar, Ustman dan Ali menggaji
para hakim dengan kekayaan Baitul Mal.
Sebagaimana Umar memberikan intruksi-intruksi kepada
penguasa, Ali juga berbuat demikian.
d. Jalan-jalan yang ditempuh oleh para Khulafa’ dalam
mengahadapi perkara dan fatwa
Para Khulafa’, apabila diajukan kepadanya sesuatu
perkara, atau diminta suatu fatwa, maka beliau-beliau itu terlebih dahulu
memperhatikan Kitabullah kemudian As Sunnah yang ada pada mereka, kemudian bertanya
pada sahabat yang lain.
Apabila penjelasan dari seseoramg belum meyakinkan
Khalifah, maka Khalifah meminta saksi , sebagai yang dilakukan oleh Abu Bakar
dan Umar, atau menyuruh perawi itu bersumpah sebagai yang dilakukan oleh Ali.
Apabila dalam masalah yang dihadapi itu tidak ada nash dan syara’ , maka
merekapun berijma’ atau melaksanakan ijtihad
jama’i dalam hal-hal yang mengenai
kemasyarakatan dan umum. Dan mereka mengadakan ijtihad perorangan (fardiyi)
dalam masalah-masalah yang mengenai perseorangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar